
JARINGAN PEDULI ANAK BANGSA


Anak Bermartabat - Berharga - Berpotensi
OVERVIEW PROGRAMS JPAB 2014-2019 |
|
TOUCHING RULES / ATURAN MENYENTUH |
Kekerasan terhadap anak sudah lama ada dan terjadi di masyarakat kita. Banyak kasus per kasus yang terjadi, tetapi yang menyita perhatian khalayak ramai di tahun 2014 adalah kekerasan anak di sebuah panti Asuhan, dan pelecehan seksual anak di sebuah sekolah internasional.
JPAB sendiri sejak tahun 2003 mengadakan Sosialisasi Perlindungan Anak di beberapa propinsi bekerjasama dengan JK-LPK[1] dan PGI[2]. Lalu di tahun 2011 dan 2012 mengadakan TOT KHA & UUPA (Training of Trainers Konvensi Hak Anak & Undang-Undang Perlindungan Anak) di Yogyakarta, Makassar dan Jakarta bekerjasama dengan 6 aras gereja (PGI, PGLII, PGTI, GGBI, KWI, dan Bala Keselamatan) dan 4 Lembaga Pelayanan anak (JPAB, JK-LPK, WVI dan YCI), diikuti oleh 99 utusan dari 24 propinsi, 46 denominasi dan 65 gereja lokal. Sampai saat ini pelatihan ini terus bergulir bagaikan bola salju yang menggelinding, digulirkan oleh sebagian besar peserta di daerah masing-masing.
Tetapi rupanya pekerjaan ini belum selesai. Kita masih harus menghela napas panjang, bahkan geram ketika di akhir Februari 2014 ada kabar sebuah panti Asuhan dilaporkan kepada pihak berwajib karena anak-anak panti, di mana panti seharusnya menjadi tempat perlindungan, melakukan tindak kekerasan yang meninggalkan bekas/trauma pada anak-anak.
Sementara kasus ini masih segar di mata kita, tiba-tiba menyeruak kabar tentang pelecehan seksual terhadap anak usia pre-school yang dilakukan di sebuah sekolah internasional yang dianggap aman, dengan sistim keamanan yang canggih, dan diduga dilakukan oleh petugas kebersihan di sekolah tersebut.
Kejadian ini membuat sekolah, guru, dan orangtua resah. Banyak yang menyalahkan dan menuntut tanggung jawab sekolah, atau pemerintah sebagai pihak yang harus disalahkan. Pihak-pihak sekolah, gereja, Lembaga Pelayanan anak merasa perlu mengadakan seminar, talk show dan bentuk pertemuan lainnya untuk mengatasi permasalahan ini.
Siapakah yang harus diberi pengetahuan dan dibekali dengan cara-cara pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap anak ini? Ada yang mengatakan guru-guru, ada yang bilang orangtua, dll.
Pendidikan seks kemudian muncul sebagai salah satu jawaban yang harus ada. Walau Pendidikan seks dianggap sebagian masih tabu, “kok, anak yang masih kecil diajari seks?” dan pertanyaan serupa muncul. Pendidikan seks sebenarnya adalah mengenalkan anak dengan seks dan bahayanya sesuai porsi usia anak. Salah satu yang akan diberikan oleh redaksi adalah “Aturan Menyentuh” yang sebenarnya bisa dimulai dari rumah atau keluarga. Aturan menyentuh ini dapat ditemukan pada beberapa buku modul atau panduan pelatihan anak. Orangtua pun bisa mengenalkan aturan ini kepada anak-anaknya.
Tidak harus melulu menyerahkan atau mengatakan bahwa itu tanggung jawab guru.
ATURAN MENYENTUH 1. Siapapun (yang lebih tua atau kuat dari kamu) tidak boleh menyentuh bagian pribadi tubuhmu atau meminta kamu menyentuh bagian pribadi tubuhnya (bagian pribadi adalah mulut dan bagian tubuhmu yang tertutup dengan pakaian dalam/renang kita: dada, bagian di antara kedua kaki, pantat)
2. Apabila ada yang mencoba menyentuh bagian itu, atau menunjukkan dan meminta kamu menyentuh bagian pribadi tubuhnya, atau ingin memotret bagian pribadimu tubuhmu, katakan dengan tegas “SAYA TIDAK MAU” lalu lari, cari orang yang bisa melindungi kamu dan ceritakan apa yang terjadi.
3. Kamu tidak bersalah jika ada orang yang menyentuh bagian pribadi tubuh kamu. Yang salah adalah orang itu.
4. Kamu harus menceritakan kepada orang lain jika aturan menyentuh ini dilanggar.
Aturan menyentuh ini juga merupakan Pendidikan seks buat anak usia dini. Mereka bisa memahami penjelasan sederhana ini. Kita berharap dunia ramah anak bisa terwujud. Anak-anak dilindungi dan memperoleh haknya. |

National Training Of Trainers (Tot) III |
||
and Sosialization of Convention on the Rights of the Child (Crc) and the Law of The Republic Indonesia No. 23 Year 2002 on Child Protection in Jakarta |
The third National TOT on CRC & CPL for West Indonesia Region was conducted on Monday-Friday, February 20-24, 2012 in Jakarta. It was originally planned to be held in Batam to give more access to participants from that region. It’s the last event of TOT on CRC & CPL 2011 series that we held in West, Central, and East Region of Indonesia. |
|||||||||||||||||||||||
Due to the change of the venue, the change in participant composition resulted accordingly. Initial target were participants from Sumatera churches. Shifting it to Jakarta, the participants mix balance between those from Sumatera and other parts of Indonesia. There were 29 registered participants. From Sumatera 16 persons consisted of North Sumatera (Medan 9 & Nias 5), West Sumatera 1 (Mentawai) and from Lampung 1. From other areas there were 13 participants: Jabodetabeka 10 persons, East Java 1 person, Bandung 1 person, and East Kalimantan 1 person. |
|||||||||||||||||||||||
This TOT held at Wisma GPIB Merdeka Selatan, Jakarta. During 5 days they were harnessed with materials; Recalling the Childhood, Biblical View on Children, CRC & CPL, Church Response to Violence against the Children, Church and Nutrition and Health of Mother & Children, Creating the Safe & Child-Friendly Church/Institution, and Facilitating Tips. |
|||||||||||||||||||||||
There were also field exposure trip where the participants were divided into 4 groups to visit Kampus Diakonia Modern, Street Kids Ministry (SKM), Bantar Gebang and SMP 208 (middle schools). KDM and SKM are organizations for street kids, Bantar Gebang- a special ministry area of Yayasan Mahanaim Divisi Pelangi that serves children at a largest rubbish dump area in Jakarta, and SMP 28 that applies peer education system in campaigning against drugs misuse and HIV. |
|||||||||||||||||||||||
By doing these field trips, the participants learn how to get involved in children at risk ministry. On evaluation, many of them give positive responses saying that the trips significantly impacting, inspiring and became an important inputs, and knowledge. All may equip them to care for the children more. |
|||||||||||||||||||||||
TOT on CRC & CPL is a program designed for continuity, where participants are expected to carry out similar follow-up training. Since the first TOT in Jogyakarta in 2011, the alumni have already been implementing the follow-up trainings and seminars in 2012 as presented in the table below. |
|||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||
The Follow-up Action of TOT on CRC & CPL in 2012 |
|||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||
Various follow-up actions mentioned on the list attended by different participants and church organizations. Some attended by various churches from 1 synod, while others attended by churches and child ministries, schools from of various synods and denominations. The number of participants in those events is ranging from 25 to hundreds in one event. |

Seminar and Training 1 for 50
1 for 50 is a dream to reach & disciple every child using a strategy to train local believers to do it well with a commitment to support each other until the job gets done. The collaboration of training formed during Global Children’s Forum in Chicago, July 2008. The phrase 1 for 50 means equipping 1 outreach & discipleship leader for every 50 children around the world. |
||
It has become a global movement since then. |
||
Started from the meeting between JPAB and Kidzana Ministries at the Third4/14 Window Global Summit on September 6-9, 2011 in Singapura, when a collaboration was formed to facilitate the training in March 2012 in Jakarta. |
||
The first Training held on March 13-14, 2012 at GIA Kelapa Gading, Plaza Pacific, Kelapa Gading, Jakarta Utara attended by 95 participants. |
||
It gained positive responses therefore the second series of training was conducted in October and November 2012 coordinated by JPAB, held in several cities as follows: |
||
5. October 25-27, 2012 in Surabaya, “Children Minister Conference 2012” with the theme “Creative Teaching Explosion-Speed Up!” hosted by Bp. Toninardi from Little Samuel Ministries, attended by 22 participants from 11 local churches and 3 children ministry foundations. |
||
|
||
6. October 30-November 1, 2012 in Semarang, “1 for 50 Training” co-hosted by PGIW Jateng & PESAT at GKI Banyumanik, 90 participants attended, from 22 local churches, 4 children ministry foundations, 10 Children Development Centers, 17 schools teachers from Elementary to College levels |
||
|
||
7. November 3,5 & 6, 2012 in Palembang, hosted by Pdt. Surya Atmadja from Assemblies of God church, Palembang (Congregation of God Church), attended by 21 participants. |
||
|
||
8. November 8-10, 2012 in Jakarta, hosted by JPAB, PESAT, JDA, JPA and OMF-BPLP attended by 95 participants from 7 churches and 6 children ministry foundations. |
||
|
||
The collaboration between Kidzana Ministry and JPAB was planned for 3 years up to 2014 to reach out 10 cities/regencies every year. |

South East Asia 4/14 Window Conference
Jakarta, Oct 1-4, 2012
In Global Summit 4/14 Window Movement, Indonesia was honored to host the 4/14 Window Conference for Southeast Asia Region. 4/14 Window Movement known widely in Indonesia as Anak Bersinar Bangsa Gemilang, held the regional Conference in Jakarta in October 1-4, 2012. JPAB acted as the secretariat of the conference. |
||
Out of 11 Southeast countries sent their representatives, except Laos and Vietnam, those 9 countries attended the conference are: Brunei, Cambodia, Indonesia, Myanmar, Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand and Timor Leste. There were observers from non-ASEAN countries attended, from China and Hongkong. The numbers of participants from overseas were 47 people not including 1 speaker from US. The total numbers from the Indonesia were 246 people including the committees. |
||
They represented 49 churches/denominations and 64 national and international organizations, media (TV, radio, publishing, IT) and schools including 8 seminaries. Participants from Indonesia consisted of 41 denominations and 47 NGOs including media. The leadership positions varied from churches such as Bishop, synod chairmen, department heads or commission heads of various synod consisted of 31 people, 48 pastors, 51 church workers from various local churches, and also church umbrella representatives such as PGI, PGLII, GGBI, etc. while the ones from NGOs were Board members, Directors/Chairman, programming staffs, and intercessors. |