by Redaksi
TARAKAN – Jaringan peduli anak bangsa (JPAB) adalah sebuah jaringan interdominasi dari berbagai pelayanan yang peduli pada anak beresiko di Indonesia. Dengan fokus memperkuat pelayanan anak berisiko secara holistik, melalui program pemberdayaan, penguatan jaringan regional, dan kemitraan strategis.
Ketua JPAB Nasional Haryati menjelaskan, JPAB menggulirkan menginisiasi program gerakan ramah anak (GRA) sebagai bentuk kontribusi sebagai masyarakat untuk bangsa Indonesia. Dalam rangka untuk mencapai Indonesia Layak Anak 2030 dan kontribusi pada puncak bonus demografi 2030. “Jadi fokus kami tidak langsung ke anak, tapi kami ke para pimpinan baik itu Gereja, Sekolah, dan Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Sosial Anak (LKSA),” jelas Haryati kepada fokusborneo.com, Sabtu (18/1/2020).
GRA mempunyai visi “Generasi Transformatif Bagi Generasinya, Keluarga, Masyarakat, dan Bangsa” dan misi “Memberi ruang kepada generasi muda untuk berpartisipasi dan bertumbuh secara utuh” sehingga terwujudnya perubahan paradigma atau pola pikir para pemimpin. “Khususnya untuk para pemimpin supaya mereka bisa mempunyai kepemimpinan berperspektif anak, mengembangkan kebijakan perlindungan anak, mengembangkan sistem perlindungan anak, di Gereja, Sekolah, dan LKSA termasuk budaya dan infrastrukturnya, serta mengembangkan strategi perlindungan anak,” tuturnya.
Haryati Ketua JPAB Nasional, Memberikan Materi Training of Fasilitator di Kaltara (18/1). Poto: Ari / fokusborneo.com
Haryati menambahkan gerakan ramah anak (GRA) lebih kepada penyadaran, membangun paradigma, selain itu JPAB juga melatih bagaimana mewujudkan Lembaga yang layak anak yang fokus pada leadership dan manajemen yang berhubungan dengan layak anak.
“Kalau kita bilang ini tidak mudah, perlu perjuangan yang konsisten, keuletan dan lain sebagainya, mungkin kami satu-satunya dari Lembaga Kristiani menginisasi program gerakan ramah anak (GRA), JPAB telah memiliki Volunteer atau jaringan regional di 16 Provinsi dan 18 Kota di Indonesia,” paparnya.
JPAB juga memberikan catatan dan sudah disampaikan kepada kementerian terkait, bagiamana progam Indonesia Layak Anak (IDOLA) 2030, dapat di desain khusus, karena ini sangat penting sekali bukan hanya dilihat dari capaian indikator, dan reward.
“Kami orang optimis, Pemerintah saat ini usaha terus-menerus mewujudkan Indonesia Layak Anak, melalui kebijakan, indikator dan reward, tapi bukan hanya itu yang terpenting yakni bagaimana membongkar cara pandang kepada anak, karena itu tidak mudah,” tandasnya. (aii)
Comments